Kali ini aku meneruskan perjalanan. Aku merasa berbagai tempat sudah kudatangi. Demi mereguk kesenangan semu. Mengikat emosi. Mengelola energi dan gairah hidup. Dalam sebuah pulau bisa saja terdapat banyak keindahan yang bisa kudatangi. Setelah kuingat-ingat aku sudah banyak bertualang. Meski tidak begitu jauh. Pikiranku pun mengembara ke masa lalu. Mengingat tentang Lord Bodden Powell. Waktu kecil aku terlibat dalam perkemahan pramuka yang dikenal dengan persami (perkemahan sabtu minggu). Sangat menyenangkan, berbagai perlengkapan kami bawa sebagai bekal. Bahkan kawanku membawa kompor minyak ibunya. Ukurannya terlalu besar. Hingga dia begitu tergopoh-gopoh saat membawa. Aku pun jadi tergelak lucu. Tidak apa, ini demi cara survival kami. Lagi pula banyak kelompok lain yang membawa kompor minyak. Jadi tidak aneh bukan! Kami pun berangkat dengan bus yang disediakan sekolah kami. Suasana begitu gembira memenuhi rongga perasaan. Senyum dan tawa selalu mengembang diantara kami. Ini pengalaman pertama kami meninggalkan rumah. Tidak diawasi ibu atau dipelototi bapak atas segala tingkah. Perasaan yang bebas seperti burung. Meskipun tetap juga dalam pengawasan sang kakak Pembina pramuka sebagai pengganti mata orang tua kami.
Aku ingat betul saat itu tenda kelompok kami berada diposisi tengah tenda lain tepat membelakangi pohon bambu yang lebat. Lucunya, ternyata tenda kami bersebelahan dengan sarang kodok. Kodoknya tampak besar-besar dan menjijikan. Aku takut berada dekat dengannya. Mitos yang aku percaya saat itu, "Kalau matamu dikencingi kodok, matamu bisa buta!". Sungguh mengerikan membayangkannya. Betul atau tidaknya aku tidak tahu. Tapi aku percaya saja dengan mitos tersebut bahkan hingga sekarang. Saat malam, kodok-kodok itu bernyanyi saut menyaut membuat paduan suara seriosa yang menyakitkan telinga. Bahkan dengkur tidur temanku pun kalah oleh suaranya. Nyatanya, kami malah dibuat tidak bisa tidur lantaran suara kodok tersebut. Ditambah dengan udara yang panas dalam tenda serta bau badan si udin kubil--salah satu temanku yang seperti ayam lantaran jarang mandi. Lengkap sudah penderitaan kami sebagai seorang pramuka pemula. Sepanjang malam kami cuma cekikikan mentertawakan si udin kubil yang bau ayam itu. Ditengah cekikikan itu tiba-tiba bau busuk menyengat hidung. Ternyata diantara kami ada yang buang gas. Wuah, keadaan semakin rusuh malam itu.
Matahari mulai menyebulkan kepalanya, sinarnya hangat jatuh ditenda kami. Prosesi kegiatan sebagai pramuka cilik segera dimulai. Kamipun berkemas, bersiap menghadapi tantangan. Prosesi awal dimulai dengan ritual upacara. Diantara peserta pramuka yang melibatkan banyak sekolah dengan gugus depannya masing-masing. Ternyata hanya sekolahku saja yang malas berkegiatan. Hal ini terlihat dari lambang-lambang kecil yang tersemat dibaju mereka. Baju mereka hampir penuh dengan lambang-lambang keaktifan. Sementara baju pramuka kami hanya tampak lambang pramuka di lengan kanan dan baret siaga di lengan kiri. Sisanya tampak kosong. Huh, dasar pemalas. Sementara temanku hanya cekikikan saja dibelakang baris melihat keadaan ini. Dan singkat cerita kegiatan mencari jejak pun dimulai. Sebuah kegiatan pembuktian sebagai pramuka sejati. Hasil sebuah wejangan dari Lord Boden Powell sebagai bapak pramuka dunia. dan nyatanya pengetahuan kami soal mencari jejak memang seadanya. Jangankan menghapal sandi morse atau sandi semapur. Dasa darma pramuka saja tidak hafal. Hahaha temanku kembali cekikikan dengan keadaan ini. Tapi aku menyukai kegiatan ini. Berjalan menapaki jalan kecil sambil melihat tanda-tanda rahasia sebagai sandi. Melewati rawa berlumpur. Memecahkan kode-kode misteri pada setiap pos. dan sialnya lagi, kami tersasar kerumah penduduk yang memang bukan jalurnya. Temanku lagi-lagi cekikikan melihat keadaan ini. Hmmm, pengalaman yang menyenangkan.
Warung Buncit, Ramadhan 2006
Aku ingat betul saat itu tenda kelompok kami berada diposisi tengah tenda lain tepat membelakangi pohon bambu yang lebat. Lucunya, ternyata tenda kami bersebelahan dengan sarang kodok. Kodoknya tampak besar-besar dan menjijikan. Aku takut berada dekat dengannya. Mitos yang aku percaya saat itu, "Kalau matamu dikencingi kodok, matamu bisa buta!". Sungguh mengerikan membayangkannya. Betul atau tidaknya aku tidak tahu. Tapi aku percaya saja dengan mitos tersebut bahkan hingga sekarang. Saat malam, kodok-kodok itu bernyanyi saut menyaut membuat paduan suara seriosa yang menyakitkan telinga. Bahkan dengkur tidur temanku pun kalah oleh suaranya. Nyatanya, kami malah dibuat tidak bisa tidur lantaran suara kodok tersebut. Ditambah dengan udara yang panas dalam tenda serta bau badan si udin kubil--salah satu temanku yang seperti ayam lantaran jarang mandi. Lengkap sudah penderitaan kami sebagai seorang pramuka pemula. Sepanjang malam kami cuma cekikikan mentertawakan si udin kubil yang bau ayam itu. Ditengah cekikikan itu tiba-tiba bau busuk menyengat hidung. Ternyata diantara kami ada yang buang gas. Wuah, keadaan semakin rusuh malam itu.
Matahari mulai menyebulkan kepalanya, sinarnya hangat jatuh ditenda kami. Prosesi kegiatan sebagai pramuka cilik segera dimulai. Kamipun berkemas, bersiap menghadapi tantangan. Prosesi awal dimulai dengan ritual upacara. Diantara peserta pramuka yang melibatkan banyak sekolah dengan gugus depannya masing-masing. Ternyata hanya sekolahku saja yang malas berkegiatan. Hal ini terlihat dari lambang-lambang kecil yang tersemat dibaju mereka. Baju mereka hampir penuh dengan lambang-lambang keaktifan. Sementara baju pramuka kami hanya tampak lambang pramuka di lengan kanan dan baret siaga di lengan kiri. Sisanya tampak kosong. Huh, dasar pemalas. Sementara temanku hanya cekikikan saja dibelakang baris melihat keadaan ini. Dan singkat cerita kegiatan mencari jejak pun dimulai. Sebuah kegiatan pembuktian sebagai pramuka sejati. Hasil sebuah wejangan dari Lord Boden Powell sebagai bapak pramuka dunia. dan nyatanya pengetahuan kami soal mencari jejak memang seadanya. Jangankan menghapal sandi morse atau sandi semapur. Dasa darma pramuka saja tidak hafal. Hahaha temanku kembali cekikikan dengan keadaan ini. Tapi aku menyukai kegiatan ini. Berjalan menapaki jalan kecil sambil melihat tanda-tanda rahasia sebagai sandi. Melewati rawa berlumpur. Memecahkan kode-kode misteri pada setiap pos. dan sialnya lagi, kami tersasar kerumah penduduk yang memang bukan jalurnya. Temanku lagi-lagi cekikikan melihat keadaan ini. Hmmm, pengalaman yang menyenangkan.
Warung Buncit, Ramadhan 2006
1 Komentar untuk "Kenangan kecil tentang Lord Bodden Powell"
bung...ane juga pramuka dulu..waktu smu sampe ke cibubur..lagi..kok nggak ketemu sih..
he...he...he..
blog nya makin bagus
get spirit..