Jejak Langkah

Uneg-uneg

advertisement

Cerpen: Ifthor Sederhana yang Menyejukan Jiwa

Ifthor Sederhana yang Menyejukan Jiwa
Oleh: Gunawan






Ketika setiap tarikan napas menjadi tasbih,
Ketika sebutir kurma menjadi pelepas dahaga,
Dan ketika amal perbuatan berbuah pahala,
Semuanya menjadi indah dalam naungan ramadhan ini..


Senin kemarin, Kali kedua saya mendapat giliran bertugas membagikan tajil di Masjid Miftahul Jannah, dengan semangat ramadhan berpamrih pahala saya siapkan mental dan tenaga yang tersisa. Sore itu setelah bertemu dengan kawan Gilang, kunci lemari dan Ipod secara estafet telah sampai ditangan saya. Ada pesan yang membuat saya jadi bersemangat, kawan Gilang dan Aulia Insya Allah akan membantu sore nanti. Luar biasa!

tepat pukul 16.45 saya lock pekerjaan di desktop komputer saya, berkemas lalu bergegas turun ke lantai dasar menuju Masjid Al Jannah. Kali ini apa yang harus saya lakukan sudah lebih meyakinkan. Tidak perlu lagi bimbingan panduan pekerjaan yang dikirim di email. Semua sudah diluar dikepala. Bayangannya adalah Menuju ke pintu dibelakang mimbar masjid. Nyalakan lampu dan sound system, putar pengajian dari ipod, siapkan kotak amal dan menata tajil yang siap disajikan gratis bagi para karyawan yang ingin berbuka di masjid ini, selesai.

Tidak kurang dari 10 menit, saya sudah tiba di masjid, bergegas mengambil air wudhu, lalu saya menuju ke pintu dibelakang mimbar. Menyalakan lampu dan menaruh tas ransel saya disana. Tiba-tiba Office Boy yang saya ketahui belakangan bernama mas Aji datang membawa kue untuk tajil. “mba Ernanya mana? Tanya saya. Dia bilang “tadi dia titipkan kue ini ke saya untuk diberikan ke mas gun” wah terbayang saya akan sendirian memasukan kuenya satu persatu ke dalam kantong kurma yang berjumlah 70 buah. "Jadi Mas Aji yang akan membantu saya nanti?" Tanya saya. “Wah saya mau minta data anak yatim untuk acara jumat besok di daerah sekitar RP2 ini.” Sahutnya. “Wah saya sendirian dong masukin kuenya ke bungkus korma ini, biasanya sih di bantu sama mba Erna dan mas Subhan…” saya menimpali. Tapi dia bilang “ya udah saya bantuin dulu bungkusnya..” Alhamdulillah..! sahut saya..

Diselingi obrolan dengan mas aji yang berasal dari cilacap ini, bungkus demi bungkus kue-kue dimasukan. Kami Bicara seputar mudik dan niatnya yang akan pulang kampung nanti melepas rindu mengunjungi orang tuanya. Demi mencium tangan kedua orang tuanya. Perjuangan pulang kampung akan ia tempuh. Akan terbayang tentang bagaimana lika liku mudik: kemacetan yang luar biasa, harga transportasi berdasarkan tuslah yang biasanya terus melonjak naik, rawannya kecelakaan dan tindak kriminal. Sebuah ritual tahunan yang terus terjadi di negeri ini.

Tak sadar sudah hampir 30 bungkus. Lalu tiba-tiba dua sekawan: Aulia dan Gilang datang. Saya tersenyum. Janji telah ditepati. Subhanallah. Saya lekas berkata pada mas Aji “mas tinggal aja, bala bantuan sudah datang” mas Aji pun tersenyum. “Makasih ya mas” kata saya. “sama-sama mas gun” sahutnya sambil bergegas pergi.

Saya, Aulia dan Gilang lalu membagi tugas. Aulia dan Gilang mengemas dan menata kue di meja PKPU, yang ternyata tak lama datang juga mba Erna memberikan pertolongan seperti biasa. saya memutar pengajian melalui Ipod dan bergegas mengambil kotak amal. Dalam waktu 10 menit semuanya selesai.

Sambil menunggu para jamaah yang datang kami berbincang. Lalu Januar datang bergabung. Sambil mengisi waktu berbuka dia sedikit-sedikit memberikan wejangan soal pernikahan yang diselingi gurauan dan tawa dari kita semua. Sebuah tausiyah menarik dari ustad Januar, terima kasih kawan.

Tak disangka, tajil gratis kali ini sudah mulai dikenal bagi jamaah sekitar. Satu persatu mereka mendekati meja dan mengambil tajil untuk persiapan berbuka. Ada yang langsung pulang untuk persiapan dijalan seperti seorang ibu setengah baya yang mengambil dua buah untuk dirinya dan supirnya. Para satpam yang bergiliran satu persatu. Para Office Girls gedung yang ikut menyerbu. Para karyawan lainnya yang saya tidak kenali datang silih berganti. Ira, Arya dan Ale dari Library Lantai 10 tak ketinggalan ikut serta. Sering kami mengingatkan ke mereka saat mengambil tajil “Pak selangnya Pak!…Mba selangnya..!” "selang?" Tanya mereka. "Iya maksudnya sedotan aquanya jangan lupa hehehe", “oh iya..” sambil mengambil sedotan mereka tersenyum. Hidangan tajil tinggal sedikit tersisa dimeja.

Mendekati azan magrib saya bergegas mematikan suara pengajian dari ipod dan kembali ke meja tajil. Tak lama kemudian terdengar sayup-sayup suara azan dari radio di handphone Januar. Saya bergegas menyelinap ke pintu samping masjid, memberi kode kepada mas Mudinar yang saat itu ikut berbuka puasa dimasjid bahwa azan magrib telah tiba, lalu seorang bapak tua yang saya tidak kenal ternyata berdiri secara sukarela untuk menjadi muazin. Saatnya Azan magrib untuk conocophillips RP2 dan sekitarnya.

Ajaibnya, seiring berkumandangannya azan magrib. tajil terakhir juga ikut ludes dari jamaah yang datang berikutnya. Terhitung 70 tajil habis. Masih sama seperti kemarin. Tunai sudah tugas Saya, Gilang dan Aulia. Setelah solat magrib dan berbenah diri. Kami dan Januar bergegas kilat menuju Masjid Elnusa. Memburu Makan berat gratis hehehe.. gak mau rugi ya. Alhamdulilah rejeki tidak kemana. Sambil menyantap makan bersua dengan Fadly dari HRD, dan Arif Usman Lantai 11, kami Solat Isya dan Tarawih disana.


Ps:
Dengan banyak berderma melalui memberi makan berbuka dibarengi dengan berpuasa itulah jalan menuju surga. Dari ‘Ali, ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« إِنَّ فِى الْجَنَّةِ غُرَفًا تُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا ». فَقَامَ أَعْرَابِىٌّ فَقَالَ لِمَنْ هِىَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « لِمَنْ أَطَابَ الْكَلاَمَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ »

“Sesungguhnya di surga terdapat kamar-kamar yang mana bagian luarnya terlihat dari bagian dalam dan bagian dalamnya terlihat dari bagian luarnya.” Lantas seorang arab baduwi berdiri sambil berkata, “Bagi siapakah kamar-kamar itu diperuntukkan wahai Rasululullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Untuk orang yang berkata benar, yang memberi makan, dan yang senantiasa berpuasa dan shalat pada malam hari di waktu manusia pada tidur.”

Terima kasih buat mas aji, kawan Gilang dan Aulia, mba Erna yang telah banyak membantu. Mas Januar yang ikut memeriahkan jalannya acara. Semoga menjadi ladang amal buat kalian semua, amin.
0 Komentar untuk "Cerpen: Ifthor Sederhana yang Menyejukan Jiwa"
Back To Top