Kemarin, sore yang cerah, pukul 16.20 saya bergegas ke arah tempat parkir, sore itu sudah sepakat dengan firman untuk kerumah ustad Ulis di daerah Pasar Rebo jakarta timur. setelah berboncengan bersama menuju pom bensin di derah simatupang sebelum Antam, seperti biasa, Firman bersenandung di atas motor saya, ah itu salah satu yang saya rindukan dari Firman, Saya kangen dengan senandungnya di atas motor saya yang biasa dilakukan kala pulang bersama dulu, dia nyanyikan lagu lagu apapun, mulai dari dangdut, pop, mengaji al quran, sampai lagu barat meski liriknya cuma sepotong-sepotong dari yang dia hapal. Setelah sampai pom bensin, tak lama, Saya tekan no Aris di ponsel "Ris udah nyampe nih, elo dimana?" dari sebelah sana Aris menjawab "gue di perempatan pertanian Gun, oke gue ksana ya". Ya, Sore itu, Hari yang dijanjikan bagi kami kelas Sallahudin, pengajian Ebic di Elnusa yang sudah berjalan 3 tahun lebih untuk berkunjung ke rumah Ustad Ulis, guru kami, guru yang tanpa pamrih mengajarkan ilmu agama, berbagi pengetahuan dan bahkan semangkuk mie bakso di sela-sela belajar. Tak disangka, hari kemarin adalah pertemuan kami yang berbeda dari biasa, bukan untuk belajar bersama, tapi untuk melepas Ustad Ulis pergi ke Tanah Suci Mekah dalam rangka menunaikan Studinya selama setahun kedepan. Dari pom bensin itu, 2 motor kami melaju menuju rumah Ustad Ulis. Berbekal alamat yang diberikan Pak Zuki lewat email, kami bertanya ke orang dan sesekali firman melihat GPS di Handphonenya, ”Gun belok kanan...., Gun belok kiri...Gun kita salah arah, balik lagi ke jalan yang satunya...” tibalah kami di Masjid Al-Ihsan tepat waktu magrib. ‘kita udah deket nih..., solat dulu ya..” tak lama, seusai sholat, terlihat dari teras masjid, Pak Zuki menghampiri. Salam dan senyum menyertai kehadirannya, ‘Firman lebih gemuk ya.., Aris juga, setelah keluar dari Copi kok gemuk-gemuk ya? Hahahaha’ tawa kami meledak di teras masjid. Ternyata rumah ustad Ulis memang tidak jauh dari masjid, hanya berjarak sekitar 15 meter kami berjalan, tampak dari depan pagar saya melihat rumah yang sederhana, halaman yang luas, pohon-pohon, rumput, nyaman sekali, sangat jarang rumah seperti ini di tengah kota jakarta yang padat dan sumpek. Dan kami pun berkelakar, ‘wah kalo dijadiin kos-kosan jadi berapa pintu nih?’ celetuk Firman. ‘ini pasti yang punya orang betawi’ Pak zuki ikut menyambung. Iya benar saja, istri Ustad memang berasal dari keturunan Betawi. Ustad Ulis sudah menunggu didepan pintu. Sambil menggendong Gaza, disambutnya kami dengan senyum dan pelukan. Satu persatu kami masuk ke ruang utama, ruang kosong yg tidak berperabot meja dan bangku, kami lesehan dengan beralas karpet. Ternyata ustad sudah menyiapkan hidangan untuk kami murid muridnya yang hadir sore itu: Pak Zuki, Firman, Saya dan Aris. Hidangan Aqua, Jeruk manis dan yang utama Mie Yamin. Tanpa menunggu waktu kami bersantap bersama. Nikmatnya. Disela-sela itu, ustad Ulis sedikit bercerita bahwa dia akan mengambil jurusan manajemen dakwah yang akan digelutinya selama setahun ini. Dia menyarankan pesan lugasnya pada kami: “Sebaiknya pengajian diteruskan di rumah masing-masing aja ya..”. ya semoga saja amanah bisa terlaksana, amin. Tiba-tiba pikiran saya melesat mundur. Kala saya mengikuti Rihlah Ebic pertama kali di tahun 2007, dengan peserta yg cukup banyak saat itu. Outbond, sholat berjamah, sholat tahajud dan muasabah, teman baru, semangat baru dalam balutan Keislaman. Menyenangkan sekali. Dan kami memperkukuh kelas kami dengan nama Salahudin. Hari berganti, minggu demi minggu kami lewat dengan pengetahuan keislaman dari Ustad Ulis. Kadang halangan datang bertubi tubi dalam pertemuan: rasa malas, letih karena kerja, pekerjaan yang menumpuk, atau memang karena satu diantara kami ada yang sakit, dengan tentu saja yang menjadi bumbu di kelas itu adalah ritual makan baso didepan masjid sebelum pelajaran dimulai. Saya tersenyum mengenangnya. Ya, tak terasa tiga tahun kami melewatinya, dengan segala aktivitas baik dikelas ataupun Kegiatan Rihlah 1 di Ciwidey dan Rihlah 2 di Cibubur bersama teman-teman: Pak Zuki, Firman, Arif, Aris, Ican, Irsan, Mas Rizky dan Saya. Untung saja saya sudah menyelesaikan video documentasi rihlah 1 dan 2, semoga bisa menjadi pengobat rindu bagi kami semua. Ustad bilang “Saya mau bawa Dokumentasi Video Rihlahnya, lucu melihat foto Gaza waktu minum air” ya, saya mengingat foto itu, kami semua tersenyum. Dan Hari itu, kami serahkan hadiah untuk Ustad Ulis. Sebuah Tas ransel yang dilengkapi tempat menyimpan Laptop. Dalam hati Saya berdoa, “Semoga tasnya bermanfaat ya Ustad, semoga kami kecipratan pahala juga karena ustad sedang berjuang menuntut ilmu, semoga Allah selalu menjaga kesehatanmu, semoga Ustad dicurahkan ilmu Allah yang luas, semoga segala amal Ustad terhadap kami murid-muridmu yang bandel ini diganjar atas pahala berlimpah ruah dari Allah SWT, semoga….. semoga…..Tak sadar mata saya mulai berkaca-kaca. Terima kasih Ustad atas segala kesabaran, dedikasi, dan keikhlasannya. Semoga engkau terus dalam lindungan Allah. Amin. beberapa hari kemudian datang surat dari Ustad pada kami.. Alhamdulillah,hari kamis 6 januari 2011 perjalanan ke jeddah lancar, di bandara jeddah dijemput ikhwah DPD PIP Jeddah. makan kebuli satu nampan berlima. Bakda jum'atan, ke kampus ma'had i'dadul aimmah waddu'aat rabithoh. Dilanjutkan ke masjidil Haram untuk umrah. shalat maghrib dan isya' di masjidil haram. semoga kita bisa berjumpa di masjidil Haram tahun ini, di umrah Ramadhan insya Allah. Amin Baarakallahu fiikum. Salam, Markaz Dakwah PIP DPD Mekah Ulis Tofa M. Ali, Lc Direktur Maktaba Gaza Telp.: 021-87702264 / 021-92933141 / 08129612011 e-Mail: ulistofa@gmail.com / ulistofa@yahoo.com
Alhamdulilah, Jika ada umur panjang, semoga kita bertemu lagi Ustad..
Rihlah 1, Ciwidey Bandung
Rihlah 2, Cibubur Jakarta Timur
Ustad Ulis dan Gaza
2 Komentar untuk "Cerpen: Senandung Jejak Langkah Kelas Salahudin"
Taqabballahu minna wa minkum. Met hari raya Idul Fitri 1432H, mohon maaf lahir dan batin.